Bersyukur, bukanlah sekadar ucapan di mulut, melainkan kesadaran dalam hati bahwa potensi/karunia yang diberikan Allah adalah sesuatu yang berharga, sehingga lahirlah sikap-sikap mulia mengiringinya.
Tidak sedikit anak yang begitu cepat bosan dengan
benda-benda yang mereka punya dan menyia-nyiakannya tanpa rasa bersalah. Orang
tua pun terbagi dua dalam menyikapinya. Sebagian membiarkan hal itu berlanjut
dan terus memenuhi keinginan anak berikutnya meski dengan konsekuensi yang
sama, namun sebagian lagi berusaha mengubahnya, karena menganggap bahwa hal itu
bukanlah kebiasaan khas anak-anak yang pantas untuk dibiarkan apa adanya. Jika
orang tua luput memberi mereka sentuhan pengajaran bersyukur, maka sebanyak
apapun benda dan karunia yang anak-anak peroleh, mereka tak akan pernah
menghargainya.
Sampai anak-anak memasuki usia balita, sebenarnya
terjadi proses alami yang besar, yaitu mencerna dan menyerap prinsip-prinsip
hidup meski dalam level yang sederhana. Dan banyak di antara kita sering tak
menyadari bahwa anak-anak mempelajari semua itu dari kebiasaan hidup orang
tuanya.
Oleh karena itu, manfaatkan setiap momentum bersama
anak untuk mengajarkan syukur, terutama dengan contoh dari diri kita sendiri.
Obrolan kecil di saat senggang dengan mereka, saat mereka sedang merasa aman
ditemani orang tua, bisa bergelayut manja dan bebas bicara, adalah salah
satunya. Saat itulah anak-anak bisa diajak mengamati sekitar, mengingat-ingat
anugerah yang sudah mereka dapatkan, membandingkannya jika hal itu hilang, dan
membandingkannya dengan teman-temannya yang mungkin tidak memilikinya. Ajak
mereka ber-’hamdalah’ atas semua karunia itu karena hakikatnya, Dia-lah Allah
yang telah memberi karunia tersebut.
Bersyukur, bukanlah sekadar ucapan di mulut,
melainkan kesadaran dalam hati bahwa potensi/karunia yang diberikan Allah
adalah sesuatu yang berharga. Dan hal itu sering memberi keajaiban. Kreativitas
bahkan bisa tergali karena manusia tidak mempedulikan kekurangan yang mereka
miliki, melainkan fokus pada kekuatan/potensi yang mereka punya dan menggalinya
dengan gigih. Itulah tanda syukur.
Bersyukur juga bisa menahan potensi jiwa yang
serakah dan ingin menguasai segalanya. Dari situlah lahir empati dan peduli
sesama. Orang-orang yang besyukur akan selalu ingin berbagi tanpa pamrih,
karena mereka merasa karunia Allah itu berlimpah dan jadi tak berguna jika
hanya dinikmati sendiriannya.
Pengeluh, penggerutu, ingin serba cepat dan instan
bukanlah sikap seorang yang pandai bersyukur. Dalam teori-teori kepribadian
modern pun sudah banyak diungkapkan bagaimana sikap-sikap negatif malah
membunuh kreativitas dan menghambat kemajuan.
Jadi, mari sama-sama membekali anak dari rumah
mentalitas bersyukur, agar mereka tangguh dan mandiri menghadapi tantangan
sekitar yang luar biasa besarnya. Bersyukur adalah kekuatan manusia menghadapi
bisikan negatif yang bersumber syaitan. Karena itulah ‘bersyukur’ merupakan
pelajaran penting setiap hari yang tak boleh dilewatkan.
Dalam Q.S Ibrahim : 7, Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar