Selasa, 16 Juli 2013

Sudahkah Mengontrol FB Anak Kita?


Sebagai orang tua, kadang kita tenggelam dalam kesibukan bekerja dan berumah tangga. Sepertinya itu adalah alasan paling logis yang banyak diutarakan oleh orang tua. Atau mungkin hanya sekedar modus untuk mengalahkan pendapat yang menyudutkan kita tentang penyalahan atas kealfaan anak-anak kita.

Namun sebenarnya mau tidak mau, sebutan orang tua mengharuskan kita untuk menjadi seorang pengayom, walaupun banyak dari kita yang memang tidak siap untuk mengayomi. Sebutan orang tua mewajibkan kita untuk menjadi teladan bagi anak- anak kita yang memang butuh seorang figur teladan. 

Lihatlah, dunia modern anak-anak kita kini telah banyak tertambat pada sesosok facebook kesayangannya. Jangan merasa damai dulu ketika anak kita terlihat alim dirumah, atau betah berdiam diri di dalam kamar. Siapa tahu mereka sedang asyik berchatting ria dengan seseorang yang bukan mahramnya.

Maka inilah yang wajib diketahui oleh para orang tua sekarang. Ternyata banyak hal yang bisa menggeser kedudukan orang tua sebagai sahabat, sekaligus pendidik bagi anak-anak mereka. Karena itulah, orang tua harus banyak menyediakan waktu, dan siap- siap untuk terkejut ketika mereka mengecek facebook anak- anak mereka.

Lihatlah bagaimana cara mereka berpikir, lihatlah siapa idola mereka, dan apa kesukaan mereka. Semua tertuang jelas dalam facebook mereka. Lihatlah bahwa mereka banyak menyukai yang justru kita benci. Mereka mengakrabi hal-hal yang justru terlarang dalam Islam. semua tergambar jelas dalam facebook mereka. Anak- anak kini lebih suka menggandeng tangan temannya untuk berbagi dari pada memeluk ayah ibunya saat ingin berkeluh kesah. Anak- anak juga lebih asyik berkoar difacebook tentang uneg- uneg mereka, dari pada membicarakannya dengan orang tua. Maka sempatkanlah sejenak untuk menengok catatan yang ada dalam facebook anak- anak kita.

Ayah bunda, ternyata anak- anak kita telah dewasa. Atau mungkin mereka belum dewasa, tapi dipaksa untuk dewasa karena disuguhi sederet pola pikir dan lingkungan yang mengkarbit mereka untuk menjadi dewasa. Sekolah mereka pun kini hanya banyak menyentuh fisik mereka tetapi bukan jiwanya. Bukan berarti kurikulum itu gagal total, namun pengaruh lingkungan mereka lebih kuat. Ditambah lagi tontonan TV mereka dirasa lebih menyenangkan.

Konsep itu melekat kuat dalam pikiran mereka, menyita seluruh waktu dan hati mereka. Lalu lihatlah betapa banyak anak- anak yang disekolah berjilbab dan berpakaian rapi, namun ketika mereka pulang, pakaian semacam rok minipun masih mereka kenakan. Mereka bisa menjerit histeris ketika bercerita tentang Justin bieber dan bahkan tidak pernah mendengar tentang salah satu sahabat Rasulullah SAW.  Anak- anak manis kita itu bahkan tidak sungkan berbagi cerita dengan banyak orang tentang pacar-pacar mereka, dan bahkan tidak malu mengucapkan kata- kata manis untuk seseorang yang bukan mahramnya.

Lalu bagaimana dengan kita? masihkah kita hanya menjadi penonton tingkah laku mereka ini? haruskan kita menyerah dengan kualitas penerus kita yang seperti ini?. Inilah PR besar buat kita, dan bukan setumpuk pekerjaan yang menanti di kantor. Inilah sejatinya tanggung jawab kita yang seharusnya terselesaikan pertama kali, dari pada sepaket ego pribadi kita.  Semoga semua ini menjadi pengingat bagi kita semua, terutama bagi kita mungkin lupa untuk berorientasi kepada keluarga sebagai yang pertama.

Sebelum kita akhiri  semoga firman Allah SWT ini menjadi pengingat bagi kita semua. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’, 4: 9). (Syahidah)

Minggu, 07 Juli 2013

Mengoptimalkan Sinergi Guru dan Walimurid


Hasil Positif Sinergi

Sinergi sangat penting untuk mencapai persamaan persepsi. Pemahaman yang rancu tentang cara mendidik serta perbedaan pengertian mengenai sebuah pengetahuan bisa diminimalkan. Para generasi bangsa memahami setiap pengetahuan secara mendalam, mendetail dan kompleks.

Sinergi membentuk kesempurnaan pengertian mengenai suatu pengetahuan, bagi para pen- didik sendiri. Mereka bisa saling melengkapi dan mengingatkan bila ada kekurangan. Dengan saling mengingatkan, kesalahan-kesalahan dapat segera diperbaiki supaya tidak berpengaruh buruk bagi perkembangan anak.

Sinergi juga berguna untuk mengetahui sedini mungkin problematika yang mendera anak untuk ditemukan solusinya. Kondisi ini membebaskan anak dari gempuran persoalan yang membata- si gerak perkembangannya. Terapi penyembuhan terhadap persoalan seorang anak membutuhkan kerjasama yang kuat antara guru dengan orang tua, supaya penanganannya tidak berbenturan. Guru dan orang tua perlu saling mendukung dan menguatkan dalam menghadapi problema anak.

Dengan sinergi, keduabelah pihak bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan anak. Mereka sama-sama memiliki persepsi membangun kemampuan dan pribadi anak, dan bukannya saling menjatuhkan.

Nyambung dan Konsisten

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencapai sinergi yang positif. Bentuk yang paling sederhana dan sering dilakukan adalah pertemuan rutin antara guru dengan orang tua. Pertemuan ini penting dilaksanakan, untuk mencapai kompromi-kompromi dalam mendidik

Bentuk lain dari sinergi ini ialah dengan bertukar informasi mengenai perkembangan anak. Tahap-tahap penyampaian materi pengetahuan juga perlu dikomunikasikan, agar keduanya memberikan porsi atau tingkatan pengetahuan secara berimbang kepada anak.

Yang penting digarisbawahi dalam sinergi ini, selain dikembangkannya koordinasi, juga perlu dibangun suasana harmonis antar pendidik. Diusahakan agar anak dapat melihat bahwa dua sosok yang sangat dihormati memberikan pengertian, pengetahuan dan contoh yang sinkron serta konsisten.

Secara psikologis anak confidence menerima segala informasi dari guru dan orang tuanya. Benturan mental yang mungkin terjadi karena ketidaksinkronan para pendidiknya dapat dihindarkan. Anak terbebas dari konflik batin, kemampuan untuk menganalisa dan memutuskan di antara berbagai pilihan menjadi terasah tajam. Generasi-generasi bangsa tumbuh menjadi pribadi yang sempurna.

Modifed by Ust. Abdul Malik

Tarhib Ramadhan 1434 Hijriyah

Ust. Jonni (kiri) memimpin pawai Tarhib bersama Wakepsek Sarpras Ust. Mundori (kanan)
Sabtu (6/7) keluarga besar civitas akademika SDIT As-Shidiiqi Kota Jambi, dimulai dari Yayasan hingga siswa kelas 1 melaksanakan Tarhib Ramadhan, kegiatan dilakukan dalam bentuk pawai mengelilingi perkampungan sekitaran sekolah finish di Masjid Istiqomah.

Menurut Rita Fitria kepala sekolah SDIT As-Shidiiqi mengatakan, bahwa ada 3 alasan agenda ini dilaksanakan. Pertama, Tarhib Ramadhan adalah agenda tahunan sekolah dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Kedua, sebagai sosialisasi spiritual kepada siswa kelas 1 dan 2, bahwa puasa itu menyenangkan. Ketiga, Ketiga, ini juga berguna untuk syiar ke tengah masyarakat, agar senantiasa siap dan gembiran dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

"Output yang paling utama dari akhir agenda Tarhib Ramadhan ini adalah, mampu membuat siswa-siswi kelas 1 dan 2 siap menjalani ibadah puasa Ramadhan, tentunya sinergi guru dan walimurid harus berjalan dalam memotivasi anak didik kita, untuk siap menjalankan ibadah puasa tahun ini." Tambah Rita Fitria menutup perbincangan dengan tim media sekolah.

Seandainya usia kita disampaikan untuk menjalani ibadah Ramadhan tahun ini, semoga menjadi Ramadhan terbaik bagi kita, bukan masalah beberapa harinya lagi, tapi bagaimana kesiapan sisi spiritual kita dalam menyambut dan menjalankannya nanti. Allahumma bariklana fii sya'ban wa balighna wa bariklana fii syari Ramadhan. Aamiin. (AM)

Gaya Dulu, Sebelum Pawai Dimulai

Bu Citra dan Bu Hanik bersama siswa kelas 2A

Terlihat Mamah Dedeh sedang patroli

Bu Sika dan Bu Yani membagikan perlengkapan pawai

Bu Tri dan Miss Ani sedang bercengkerama dengan siswa-siswanya

Bersiap mendengarkan pengarahan dari Ust. Ery Afrianto

Ust. Mundori & Jonni bersiap memimpin Pawai Tarhib

tampak Ust. Mundori yang sedang mengatur barisan

Bismillah, Pawai Dimulaaaaiiii...

Gilang (kiri), Vito (tengah), dan Bagas (kanan) memimpin barisan pawai

Tampak barisa mengular, diawasi oleh Ust. Trubus dan Ust. Fendy

Alhamdulillah, sampai di pelataran masjid Istiqomah

Lanjut, Makan-Makaaan..... ^_^


Kamis, 04 Juli 2013

Pendidikan Tata Krama? Bukan Hanya Tugas Guru!

Menurut para orang tua dulu, pada 1970-an, anak-anak yang kurang sopan akan dikatakan "Seperti anak yang tidak sekolah saja!"
Sekolah zaman dulu, menurut mereka, mengajarkan budi pekerti yang dipraktikkan. Murid-murid menghormati guru karena kewibawaannya. Guru di lingkungan masyarakat mendapatkan tempat terhormat. Jika ada kegiatan sosial yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, guru menjadi tempat bertanya. Para orang tua berterima kasih karena guru mendidik anak-anak mereka dengan tulus dan penuh pengabdian.

Murid-murid tidak pernah terdengar tawuran dengan sekolah lain. Murid-murid yang telah lulus yang kemudian melanjutkan sekolah yang lebih tinggi atau bekerja tiap Idul Fitri "sowan" kepada mantan gurunya. Tak ada yang menyuruh murid-murid itu mendatangi guru. Memang zaman terus berubah. Tantangan dan kendala dalam mendidik murid berganti atau bahkan bertambah. 

Namun, perkembangan zaman menghasilkan outcome pendidikan yang oleh beberapa pihak dianggap mengecewakan, terutama dalam hal tata krama, rasa kekeluargaan, kematangan emosi, dan keluhuran budi. Tentu kesalahan bukan semata-mata ada di pundak guru. Guru hanya merupakan bagian kecil dari sistem sosial yang rapuh sekarang ini. 

Masyarakat sedang mengalami anomali, nilai-nilai lama dilepaskan sedangkan nilai-nilai baru tidak sepenuhnya dipahami. Tokoh, pemimpin, pejabat di tataran nasional sibuk dengan kekuasaan, jabatan, dan uang. Di antara mereka banyak yang lalai terhadap "national and character building." Harapan tinggal tersisa di pundak para tokoh panutan yang masih berpijak pada hati nurani, yang jumlahnya semakin mengecil, mengecil, dan mengecil. 

Ayah dan Bunda, mari terus kita bangun SINERGI antar Guru dan Walimurid, agar karakter anak yang kita inginkan bisa kita lahirkan. Hal ini perlu dilakukan karena di masa ini arus informasi makin kencang, anak-anak kita bisa melihat dan mendengar apa saja dari apa yang mereka tonton. Tugas kita bersamalah untuk mengontrol itu semua, agar buah hati kita TERDIDIK oleh GURU dan ORANGTUA di rumah, bukan terdidik oleh TELEVISI di rumah. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Modifikator: Ust. Abdul Malik, DBAS

Senin, 01 Juli 2013

Alhamdulillah, Kembali Masuk Sekolah


Kepala Sekolah SDIT As-Shidiiqi, Rita Fitria Saat Memberikan Sambutan
Tepat tanggal 1 Juli 2013 (hari ini), seluruh siswa SDIT As-Shidiiqi Kota Jambi kembali masuk sekolah, ada yang lain pada awal masuk sekolah hari ini, jalan menuju komplek sekolah padat merayap. Seluruh walimurid siswa baru memilih bertahan di sekolah untuk menemani anak-anaknya, sehingga jalan keluar masuk kendaraan cukup tersendat, walau semua bisa diselesaikan tim parkir yang dikomandoi.

            Acara hari pertama dibuka sambutan oleh Kepala Sekolah SDIT As-Shidiiqi Kota Jambi, beliau meminta segenar kakak-kakak kelas memberikan contoh yang baik, serta mampu menjaga adik-adik baru mereka, hal ini bertujuan membangun emosional kekeluargaan dalam lingkungan sekolah, agar tercinta kenyamanan satu sama lain.

            Untuk hari pertama hingga hari sabtu nanti, seluruh siswa baru (Kelas 1) akan pulang pada pukul  11 siang, sementara untuk kelas 2-6 pulang cepat hanya pada hari ini, sementara hari berikutnya dan seterusnya kembali sesuai jadwal sebenarnya. Kelas 2 pulang pukul 14.30 WIB dan siswa kelas 3-6 pulang pukul 16.00 WIB. (AM)