Kamis, 12 Desember 2013

Haru Biru Mabit SDIT AS-SHIDIIQI

Sesi Muhasabah Bersama Ust. Abdul Malik
Malam ini (Kamis, 12/12/13) SDIT As Shidiiqi Kota Jambi mengadakan Mabit (Malam Bina Iman dan Takwa) untuk para siswa dan siswi dari kelas 4-6. Acara ini merupakan agenda rutin menjelang libur semester, di mana tujuannya adalah agar anak-anak peserta didik mampu menjaga amalan-amalan yang bisa dilakukan di sekolah tetap berjalan di rumah.

            “Tujuan agenda ini agar anak-anak kita spiritualnya semakin meningkat ketika libur, tetap patuh pada orangtua dan terjaga amalan hariannya yang bisa dijalankan di sekolah, seperti dhuha, baca qur’an dan sholat lima waktunya.” Ujar Ustadz Ery Afrianto, Wakepsek Bidang Kesiswaan.

           

Acara dibuka dengan kegiatan training motivasi dari Training Center Youth Care yang disampaikan oleh Febriansyah dengan teman “Menggapai Cita-Cita”. Kemudia dilanjutkan Nobar yang dipimpin oleh ustadz Ahmad Jonni.

            Acara akhir menjelang tidur adalah muhasabah, kegiatan ini merupakan cara terakhir memancing sisi spiritual anak-anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Malik. Anak-anak terbawa suasana spiritual yang mengharukan, tangis tak terbendung lagi, para orangtua yang menyaksikan kegiatan ini dari kaca jendela hanya bisa terharu dan berdo’a, agar apa yang dirasakan anak-anak tidak hanya sampai di sini saja. (AAM)

Sekelumit Dokumentasi






Kamis, 07 November 2013

Tips Menghentikan Kebiasaan Buruk Anak

Ilustrasi
Setiap orang tentu memiliki kebiasaan buruk yang susah untuk dihilangkan, begitu juga dengan anak-anak. Itulah sebabnya, Anda sebagai orangtua harus jeli untuk mengatasinya. Seperti orang dewasa, anak-anak pun bisa memiliki beberapa kebiasaan buruk. Tidak mudah memang untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini, akan lebih mudah apabila sudah dihentikan pada saat masih anak-anak sebelum kebiasaan ini terbawa hingga dewasa. Menghentikan kebiasaan buruk anak harus dimulai dari menjelaskan pada anak bahwa kebiasaan yang anak lakukan tersebut tidak baik. Dalam hal ini penyampaian orang tua sebaiknya dilakukan secara tepat karena anak-anak tidak akan mengubah kebiasaannya bila mereka tidak mendapat penjelasan yang benar.

Berikut Tips untuk menghentikan kebiasaan buruk anak:

1.Tunjukkan Sikap yang Benar
Kebanyakan orang tua hanya langsung memarahi anak dan menghakimi mereka, cara ini justru akan membuat anak semakin berontak dan tidak akan mendengarkan apa yang anda katakan. Orang tua harus mencoba dan bereaksi dengan cara yang lembut dan jelas dengan menunjukkan kebiasaan yang tidak disukai pada anak. Ajarkan kebiasaan yang baik pada anak sejak dini.

2.Membuat Anak Berpikir
Berikan alasannya mengapa kebiasaan tersebut anda anggap buruk. Cara lain agar penjelasan bisa lebih diterima oleh si anak adalah dengan membuat anak berpikir dan membuat pengandaian pada orang lain, jadi jangan terkesan memojokkannya. Anda dapat menggunakan nama-nama fiktif dan membuat pengandaian tindakannya seperti kebiasaan yang tidak anda sukai. Anda juga bisa menceritakan sebuah cerita yang menampilkan bagaimana kebiasaan buruk dapat mengakibatkan hasil yang buruk. Ini akan membuat anak-anak berpikir tentang bagaimana kebiasaan buruk dapat mempengaruhi mereka dan orang-orang disekitar mereka.

3.Beri Alasan yang Masuk akal (Rasional)
Tidak cukup hanya memberitahu anak, anda harus memberi mereka beberapa alasan yang rasional mengapa kebiasaan tertentu itu tidak baik. Anak-anak memiliki pikiran yang ingin tahu dan setiap kali anda meminta mereka untuk tidak melakukan sesuatu, mereka akan ingin tahu. Jadi pastikan anda menjelaskan kepada anak mengapa kebiasaan tertentu buruk. Dengan cara ini anak akan tidak hanya berpura-pura mengubah kebiasaannya tersebut tetapi mereka akan benar-benar merubahnya.

4.Gunakan Insentif sebagai Motivasi
Beberapa kebiasaan buruk tidak semudah itu untuk langsung diubah. Dalam hal ini anda mungkin harus memberikan anak beberapa insentif untuk memotivasi anak untuk berubah menjadi lebih baik. Pastikan bahwa anda memberikan insentif atau hadiah yang tepat untuk anak, insentif yang bisa membangun dan mengubah kebiasaan si anak. Jangan memberikan uang sebagai insentif tapi pikirkan hadiah yang nantinya bisa mendidik anak.

5.Beri Dukungan Positif
Berikan dukungan positif ketika anda mencoba untuk menghentikan kebiasaan buruk yang dimiliki anak. Sangat penting untuk menghargai ketika mereka mengubah diri mereka menjadi lebih baik. Pasti perlu tekad untuk melakukannya dan ketika anda memberikan dukungan sepenuhnya, ia juga akan lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.

6.Beri Contoh
Jika anda ingin agar anak tidak melakukan kebiasaan buruk atau tidak berbohong, maka anda pun harus jujur pada apapun yang ditanyakan. Anda harus menetapkan contoh untuk anak-anak sehingga mereka dapat mengikuti. Jika anak melihat tindakan orang tua nya tidak sesuai dengan apa yang dikatakan, maka anak juga pasti akan mencontoh tindakan yang sama.

Yang pasti cara yang paling sederhana untuk membuat anak mengurangi kebiasaan buruknya adalah dengan tidak memberikan perhatian dalam bentuk apapun saat anak melakukan kebiasaan buruk tersebut. Karena seorang anak melakukan suatu hal itu sebenarnya karena ia ingin diperhatikan. (AAM)

(Dikutip dari berbagai sumber)

Dampak Positif Liburan bagi Anak

Ilustrasi
Liburan adalah waktu yang paling banyak ditunggu setiap orang walaupun untuk liburan banyak hal yang bisa dilakukan dari mulai yang sederhana sampai liburan yang memakan biaya tinggi. Tetapi hal itu bukan masalah sepanjang kita memfokuskan pada aspek positif liburan terutama untuk kesehatan. Peneliti telah menunjukkan liburan ternyata sangat dianjurkan oleh para dokter karena memiliki pengaruh terhadap peningkatan kesehatan.

Menikmati liburan bersama keluarga memiliki manfaat bagi perkembangan anak. Banyak orang, setiap habis berlibur bersama keluarga, oleh-oleh yang paling banyak dibawa adalah cerita dan foto-foto kenangan di tempat tujuan liburan. Kegembiraan yang dialami bersama-sama, membuat hubungan antar anggota keluarga menjadi lebih dekat dan semakin kuat satu sama lain. Walaupun mungkin saja anak-anak tidak selalu mampu mengingat setiap liburan yang mereka alami, namun, secara keseluruhan liburan mampu membentuk diri setiap anggota keluarga, baik secara individu maupun sebagai bagian dari keluarga besar.

Seperti halnya memasuki bulan lebaran, banyak orang merayakannya dengan pulang ke kampung halaman untuk berjumpa dengan orangtua, saudara sehingga saat tiba hari lebaran, semua saudara bisa saling memaafkan serta menjaga kerukunan di kemudian hari.

Mungkin secara tidak anda sadari, liburan juga memiliki manfaat yang sehat secara fisik dan mental, juga dapat mempererat hubungan keluarga terutama anak seperti berikut:

1. Belajar mengenal aktivitas baru
Anak bisa melihat sekaligus belajar mengenal beberapa aktivitas baru yang hanya ada di tempat -tempat yang tidak biasa seperti petani yang sedang membajak sawah, pemain surfing yang sedang berselancar di pantai, nelayan yang sedang memancing ikan di laut dan sebagainya. Manfaatkan momen itu untuk menambah kosakata anak.

2. Melatih rasa percaya diri
Pengalaman naik pesawat, berenang di pantai, merasakan dinginnya air terjun, dan sebagainya, membuat keyakinan dirinya bertarnbah. Sebaiknya Anda tidak banyak melarang, biarkan anak memuaskan rasa ingin tahunya. Misalnya, ia penasaran melihat air laut yang sangat banyak. Biarkan ia mendekat dan merasakan dinginnya air laut dan kuatnya deburan ombak. Tentu saja pengawasan orangtua sangat dibutuhkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

3. Mengenal nama daerah yang dikunjungi
Di usia balita anak juga sudah bisa diajarkan mengenal nama-nama tempat atau daerah yang dikunjungi. Misalnya, diajak berlibur ke Bali. Tempat wisata yang disinggahi apa saja? Pantai Kuta, Pantai Sanur, Pura Uluwatu, Ubud, dan sebagainya. Supaya mudah, ingatkan anak dengan ciri khas atau kenangan yang dilakukan di tempat itu. Umpamanya di Pantai Kuta, waktu bermain Iayang-layang dan di Pura Uluwatu melihat monyet.

4. Menambah pengalaman
Selama perjalanan banyak pengalaman baru yang didapat anak. Ia melihat banyak hal untuk pertama kalinya, seperti laut, gunung, candi, kapal, pesawat, tari-tarian, pakaian adat, makanan, dan sebagainya.

5. Mempererat hubungan keluarga
Bepergian jauh atau berlibur selama beberapa hari bersama keluarga dalam suasana gembira akan mempererat hubungan keluarga . Anak akan merasakan kasih sayang dari ayah dan ibu sekaligus belajar mengekspresikan rasa sayangnya.

Bagaimanapun cara berlibur yang Anda dan keluarga lakukan yang terpenting adalah Anda dan keluarga harus bisa memetik pelajaran dan menikmati pengalamannya. (AAM)

(Dikutip dari berbagai sumber)

Rabu, 02 Oktober 2013

Belajar Bersyukur, Menguatkan Karakter Anak

 Oleh: Maya A. Pujiati
Bersyukur, bukanlah sekadar ucapan di mulut, melainkan kesadaran dalam hati bahwa potensi/karunia yang diberikan Allah adalah sesuatu yang berharga, sehingga lahirlah sikap-sikap mulia mengiringinya.
Tidak sedikit anak yang begitu cepat bosan dengan benda-benda yang mereka punya dan menyia-nyiakannya tanpa rasa bersalah. Orang tua pun terbagi dua dalam menyikapinya. Sebagian membiarkan hal itu berlanjut dan terus memenuhi keinginan anak berikutnya meski dengan konsekuensi yang sama, namun sebagian lagi berusaha mengubahnya, karena menganggap bahwa hal itu bukanlah kebiasaan khas anak-anak yang pantas untuk dibiarkan apa adanya. Jika orang tua luput memberi mereka sentuhan pengajaran bersyukur, maka sebanyak apapun benda dan karunia yang anak-anak peroleh, mereka tak akan pernah menghargainya.

Sampai anak-anak memasuki usia balita, sebenarnya terjadi proses alami yang besar, yaitu mencerna dan menyerap prinsip-prinsip hidup meski dalam level yang sederhana. Dan banyak di antara kita sering tak menyadari bahwa anak-anak mempelajari semua itu dari kebiasaan hidup orang tuanya.

Oleh karena itu, manfaatkan setiap momentum bersama anak untuk mengajarkan syukur, terutama dengan contoh dari diri kita sendiri. Obrolan kecil di saat senggang dengan mereka, saat mereka sedang merasa aman ditemani orang tua, bisa bergelayut manja dan bebas bicara, adalah salah satunya. Saat itulah anak-anak bisa diajak mengamati sekitar, mengingat-ingat anugerah yang sudah mereka dapatkan, membandingkannya jika hal itu hilang, dan membandingkannya dengan teman-temannya yang mungkin tidak memilikinya. Ajak mereka ber-’hamdalah’ atas semua karunia itu karena hakikatnya, Dia-lah Allah yang telah memberi karunia tersebut.

Bersyukur, bukanlah sekadar ucapan di mulut, melainkan kesadaran dalam hati bahwa potensi/karunia yang diberikan Allah adalah sesuatu yang berharga. Dan hal itu sering memberi keajaiban. Kreativitas bahkan bisa tergali karena manusia tidak mempedulikan kekurangan yang mereka miliki, melainkan fokus pada kekuatan/potensi yang mereka punya dan menggalinya dengan gigih. Itulah tanda syukur.

Bersyukur juga bisa menahan potensi jiwa yang serakah dan ingin menguasai segalanya. Dari situlah lahir empati dan peduli sesama. Orang-orang yang besyukur akan selalu ingin berbagi tanpa pamrih, karena mereka merasa karunia Allah itu berlimpah dan jadi tak berguna jika hanya dinikmati sendiriannya.

Pengeluh, penggerutu, ingin serba cepat dan instan bukanlah sikap seorang yang pandai bersyukur. Dalam teori-teori kepribadian modern pun sudah banyak diungkapkan bagaimana sikap-sikap negatif malah membunuh kreativitas dan menghambat kemajuan.

Jadi, mari sama-sama membekali anak dari rumah mentalitas bersyukur, agar mereka tangguh dan mandiri menghadapi tantangan sekitar yang luar biasa besarnya. Bersyukur adalah kekuatan manusia menghadapi bisikan negatif yang bersumber syaitan. Karena itulah ‘bersyukur’ merupakan pelajaran penting setiap hari yang tak boleh dilewatkan.

Dalam Q.S Ibrahim : 7, Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.



Rabu, 25 September 2013

Cara Meningkatkan Semangat Belajar


Belajar adalah hal yang menyenangkan, tetapi bisa juga menjadi hal yang membosankan. Dikarenakan semangat belajar kita terkadang redup dan terkadang terang.

Jadi semangat belajar ini harus terus kita pupuk agar menjadi jiwa yang rajin dan terus mempunyai animo untuk berhasil. Perlu kita ingat satu kata bijak yang berbunyi "Orang yang sukses adalah orang yang mampu mempertahankan semangatnya dikala orang lain hilang semangatnya".

Kita harus mampu mempertahankan semangat belajar ketika orang lain hilang semangatnya. Dan susah sebenarnya, apalagi kalau keinginan dalam hati kita masih goyang alis tidak punya prinsip yang kuat. Maka, disini kita akan lihat bagaimana cara meningkatkan semangat belajar agar anak-anak kita bisa menjadi anak-anak yang berhasil dengan membanggakan.

Motivasi atau cara menigkatkan semangat belajar ini dibagi dalam dua kelompok. Ada motivasi internal ada juga motivasi eksternal.


1. Motivasi internal
Motivasi ini berasal dari dalam diri individu masing-masing yang tumbuh karena ingin mengembangkan kehidupan yang lebih baik kedepannya nanti. Motivasi internal sulit ditumbuhkan daripada motivasi eksternal. Namun, motivasi internal ini akan menimbulkan suatu kepercayaan dalam diri setiap individu, sehingga mereka akan bersikap positif bahwa mereka optimis bisa membangun masa depan dengan gemilang. Sehingga belajar menjadi mudah bagi mereka.

2. Motivasi eksternal
Motivasi ini berasal dari dorongan luar atau rangsangan/stimulasi yang mempengaruhi diri individu. Motivasi eksternal ini bisa dipicu oleh beberapa faktor yaitu:

1. Ketakutan atau hukuman
2. Penghargaan/pujian/reward
3. Memahami pentingnya belajar itu sendiri

Cara untuk meningkatkan motivasi diri agar semangat belajar adalah: 
  • Bergaul dengan orang yang rajin belajar. Bergaul dengan orang yang rajin belajar mempunyai dampak yang positif. Kita bisa menganalogikannya orang yang bergaul dengan pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan pandai besi maka kita akan kecipratan bau bakaran besi. Sebaliknya jika kita bergaul dengan penjual minyak wangi maka akan kecipratan harum minyak wangi.
  • Bergaul dengan orang yang senang belajar. Bergaul dengan orang yang senang belajar, kita juga akan tertular untuk senang belajar. Ini dikarenakan stimulus-stimulus yang dibawa oleh orang yang senang belajar mempengaruhi psikologis orang yang tertular.
  • Bergaul dengan orang yang berprestasi. Sama halnya bergaul dengan orang yang senang belajar dan orang yang rajin belajar, kita akan turut menyenangi dan bersemangat untuk belajar. Orang yang berprestasi akan menjadi sebuah pandangan atau tantangan bagi kita agar kita optimis bisa melebihi prestasi orang tersebut. Pasti akan muncul dalam pikiran kita "Dia bisa berprestasi, aku juga pasti bisa"
  • Membuat sebuah reward atau hukuman. Dengan adanya reward atau hukuman akan memicu motivasi kita agar tidak gagal atau lalai dalam belajar. Ini mungkin sedikit memaksa dan bersifat sementara tetapi ini juga bisa membangkitkan motivasi kita untuk belajar.
  • Menonton film motivasi atau membaca novel motivasi. Membaca novel atau menonton film yang membuat kita termotivasi akan merangsang kerja pikir otak kita. Misal, membaca novel Laskar Pelangi atau menonton film 3 Idiot.
  • Menanamkan kemauan atau niat yang tinggi untuk belajar. Jika di awal kita sudah mempunyai kemauan dan niatan yang tinggi maka kita akan menjalankan segala hal yang membuat kita senang belajar.
  • Menempelkan kata kata motivasi di dinding kamar. Memang ini agak sepele sih tapi jika kata kata motivasi yang tertempel itu kita lihat terus dan menjadikan kata kata itu sebuah motivasi untuk tiap harinya.


Nah, itulah beberapa cara untuk meningkatkan semangat dalam belajar. Semoga membantu!

(Dikutip dari berbagai sumber)

Selasa, 10 September 2013

Anak Kecanduan Game? Atasi dengan Cara Ini

Teknologi semakin maju membuat maraknya game yang mudah diakses oleh siapapun baik orang dewasa, bahkan anak-anak sekalipun. Dengan semakin mudahnya akses internet bagi kita semua, sebagian orang tua mungkin dipusingkan dengan permasalahan anak yang mulai kecanduan terhadap game. Banyak orangtua mengeluh dan sudah tidak berkutik jika anaknya sudah nyandu yang satu ini. Disatu sisi orangtua juga ada enaknya, pada saat anak mereka main game mereka memilki waktu untuk diri sendiri dan seakan bisa bebas dari tugas dan rutinitas terhadap konsekuensi mengurus tugas anak. Tetapi tahukah bahwa ternyata ada banyak alam yang berbahaya di alam game dan itu nikmat bagi anak.

Baiklah kita pahami apa yang terjadi di alam dunia game, di alam ini anda yang bukan siapa-siapa bisa menjadi siapa-siapa. Maksudnya jika anda di dunia nyata anda adalah orang yang biasa, anak yang sekolahnya bermasalah dan kehidupan di dunia nyata bermasalah, bisa berubah total jika anda memainkan peran di alam Game. Misal anak anda yang sekolahnya bermasalah dengan nilai dan sikapnya, bisa saja di alam gamenya dia adalah seorang jagoan yang banyak menolong orang dan kuat serta dihargai. Dan ini bertolak belakang dengan dunia nyatanya bukan? Bahkan di dalam alam game atau dunia gamenya dia adalah seorang raja yang dihormati dan memiliki banyak sekali kekayaan dan semua perintah dan keinginannya dapat dituruti.


Anak merasa bukan siapa-siapa di dunia nyata, tetapi dia adalah raja atau orang yang berkuasa di alam gamenya. Dan ini nikmat baginya karena penghargaan dan penerimaan benar-benar dirasakan di alam game tersebut. Sedangkan di dunia nyatanya, dia tidak dihargai dan berbagai label tentang anak yang negatif sudah menumpuk pada dirinya. Mereka mendapatkan penghargaan dan diterima, di elu-elukan merasa dibutuhkan, diinginkan dan itu semua berbeda dengan dunia yang nyata dalam kehidupannya. Paham bukan? Kenapa anak dan remaja bisa kecanduan game?

Sebagai orangtua atau pemerhati tumbuh kembang anak ada baiknya kita memahami hal ini dan memberikan perlakuan yang berbeda kepada anak, terima dia apa adanya dan bantulah agar berprestasi dan buat dia menjadi anak yang luar biasa hebat dalam bidang yang dia sukai. Jika kita tidak mengambil tanggung jawab kita, maka sudah ada yang bisa mengambil alih dan kita tahu itulah game dan berbagai media sejenis yang siap menjadi guru dan pengaruh dalam kehidupannya.

Coba perhatikan, didalam permainan game sekarang ini sudah sangat memperhatikan banyak sisi psiokologis manusia, jelaslah karena pasar mereka adalah manusia. Tetapi yang ingin kita bagikan disini adalah mereka jauh lebih bisa mengerti manusia dari pada manusia sendiri kepada sesama manusia. Contoh, jarang sekali atau bahkan tidak pernah ditemukan di dalam dunia game ada kecaman dan makian saat seorang anak gagal memainkannya, yang ada adalah kata coba lagi, ingin melanjutkan, dan sejenisnya, bandingkan dalam keseharian seorang anak atau kita orang dewasa, salah baru sekali atau dua kali sudah di cap tidak bisa dan tidak becus. Dan label atau cap tersebut melekat di benak kita dan anak kita yang artinya selamanya, padahal yang kita butuhkan hanyalah latihan dan pembiasaan, karena kita belum tahu dan mengerti. Di game tidak ada aturan seperti itu, mereka jauh lebih mengerti dan sabar daripada kita sesama manusia.

Nah, sudah tahu permasalahannya, lalu bagaimana mengatasinya?

Ada 5 tips yang bisa dipraktekkan dalam keseharian anak anda: 
1.Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak lebih banyak, menemani anak di rumah. Jika Anda sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak anda sedang sakit dan perlu ditemani.
2.Mengembangkan cara berkomunikasi yang lebih enak dan nyambung dengan anak.
3.Berusaha memahami kebutuhan anak, termasuk bahasa anak. Menyelami game-game yang dimainkan supaya bisa menjadi pintu masuk anda bicara dengan anak.
4.Rencanakan waktu untuk makan bersama dan rekreasi bersama. Saat ngobrol dengan remaja yang enak adalah saat situasi mereka juga enak, saat makan dan santai.
5.Jangan bicara apalagi dengan marah-marah kepada anak saat mereka sedang main game. Hal itu justru membuat mereka bertambah terluka. Berusaha bicara dengan menatap anak dengan kasih sayang.

Segala upaya yang kita lakukan adalah dalam rangka mengantisipasi dampak negatif game. Jadi,rebut kembali fungsi utama anda, dan cintai anak dengan sepenuh hati kita.

(Dikutip dari berbagai sumber)

Kamis, 05 September 2013

Cara Efektif Membangun Jiwa Anak

Hal apa saja yang bisa mempengaruhi jiwa anak? Seberapa besar peran orang tua dalam membangun jiwa anak? Tak diragukan lagi bahwa anak memerlukan pendidikan yang baik. Pendidikan ini akan mempengaruhi anak baik itu tingkat kecerdasannya dan jiwanya. Dalam membangun kecerdasan anak maka diperlukan stimulasi yang cukup. Banyak aneka macam stimulasi yang bisa kita berikan kepada buah hati.Termasuk upaya-upaya untuk meningkatkan kecerdasan anak dengan media permainan.

Budaya Antri, Karakter Siswa SDIT As-Shidiiqi
Akan tetapi dalam membangun jiwa anak diperlukan peran orang tua.Membangun jiwa anak tidak hanya cukup dengan mengandalkan pihak luar saja, misalnya pihak sekolah. Pihak sekolah juga memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan para guru. Jiwa anak juga harus dibangun dan diberi rangsangan sejak usia dini. Dalam membina jiwa anak diperlukan kesabaran dan ketelatenan. Karena jiwa anak tidak bisa hanya dirubah dalam waktu yang sekejap seperti membalik telapak tangan, tapi ia butuh proses dan butuh waktu. Apalagi kalau jiwa anak sudah dipengaruhi hal-hal negatif, maka perlu perhatian yang khusus terutama dari orang tuanya. Mendidik jiwa anak sejak kecil akan lebih mudah bila dibandingkan memperbaiki jiwa anak setelah usia dewasa.

Cara tepat membangun jiwa anak yang wajib dilakukan oleh para orang tua:

1. Berikan motivasi kepada anak
Jiwa anak juga memerlukan motivasi agar senantiasa hidup dan bersemangat. Motivasi ini bisa kita berikan ketika sedang bersama anak. Pada waktu makan bersama, rekreasi dan waktu-waktu lainnya.

2. Berikan waktu untuk anak
Berilah waktu untuk menemani anak. Kita bisa menemani anak ketika mereka sedang bermain.Menemani anak ini akan membangun persahabatan. Jadi tidak sekedar hanya hubungan orang tua dan anak. Persahabatan yang terjalin antara anak dan orang tua ini maka akan mendekatkan perasaan terutama ikatan emosional. Hubungan emosional ini yang akan membentuk jiwa anak.

3. Membangun kompetisi di dalam keluarga
Untuk menarik dan memberikan tantangan kepada jiwa anak maka kita bisa memberikan rangsangan dengan menerapkan sistem kompetisi. Orang tua bisa membuat kompetisi sederhana dan berikan penghargaan kepada pemenangnya. Tujuannya adalah agar anak memiliki semangat jiwa yang tinggi.

4. Menggembirakan hati anak
Menggembirakan hati anak akan bisa mempengaruhi perkembangan jiwanya. Jangan libatkan anak dalam pertengkaran keluarga dan para orang tua sebaiknya tidak bertengkar di depan anak. Banyak cara untuk menggembirakan hati anak. Menggembirakan hati anak ini juga perlu diperhatikan dengan baik. Mengingat hati anak yang lebih senang dengan hal-hal yang bernuansa ceria dan riang.

5. Berikan pujian kepada anak
Memberikan pujian kepada anak juga bisa membangun jiwanya. Berilah pujian kepada anak ketika anak bisa melakukan hal-hal yang positif. Pujian yang kita berikan kepada anak akan masuk ke dalam perasaan dan emosi anak. Hal inilah yang akan mempengaruhi jiwa anak.

Membangun jiwa anak merupakan tanggung jawab orang tua yang harus diperhatikan dengan baik. Jiwa anak akan tumbuh dewasa apabila diberikan stimulasi dan rangsangan yang cukup. Rangsangan tidak harus menggunakan alat-alat yang mahal. Banyak cara-cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk membangun jiwa anak. Yang terpenting adalah memberikan waktu dan menemani anak. Jiwa anak harus dibentuk sejak anak usia dini.

(Dikutip dari berbagai sumber)

Rabu, 28 Agustus 2013

Waspada Efek Dahsyat Pada Otak Ulah Pornografi


Kerusakan Otak Akibat Pornografi Mirip Mobil Ringsek Akibat Benturan Keras

-KESEHATAN-

Kerusakan otak akibat pengaruh pornografi di mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI), hasilnya sama dengan kerusakan pada mobil saat tabrakan keras. Demikian penjelasan r Elly Risman, psikolog dari Yayasan Kita dan Buah hati Jakarta.

Menurut Elly Risman, Pree Frontal Cortex (PFC) akan rusak ketika anak melihat pornografi. Padahal PFC adalah pusat nilai, moral, tempat di mana merencanakan masa depan, tempat mengatur manajemen diri. Bagian otak alis kanan atas inilah yang menentukan jadi apa seorang anak nantinya. Karena itulah PFC juga disebut direktur yang mengarahkan kita.

“Nah pada saat anak kecil dan melihat pornografi si direkturnya belum bisa melarangnya karena belum matang, maka orangtuanya lah yang harus menjadi direktur bagi si anak, tapi mengapa sekarang orangtua malah memberikan anak gadget, HP, dan akses internet secara bebas?”ucap Elly Risman dalam acara seminar parenting bertema “Tantangan Mendidik Anak di Era Digital” yang diselenggarakan SD Integal Luqman Al Hakim Surabaya belum lama ini.

“Setelah melihat pornografi, maka gambar visual pornografi itu akan dikirim ke otak bagian belakang, disebut juga respondent. Karena respondent ini belum berfungsi maka anak akan kaget,” ujar Elly.

Jika respondent tersenggol maka dia akan mengeluarkan hormon yang namanya dopamin. Dopamin itu akan mengeluarkan zat yang akan membuat anak merasa senang, nikmat,bahagia, dan membuat anak kecanduan, ungkapkanya.

Karena itu, menurutnya candu pornografi itu membuat orang menjadi dissensitifisasi. Gambar porno yang sudah dilihat tidak akan dilihat ulang karena sudah tidak berpengaruh lagi, yang ingin dilihat lagi adalah gambar porno yang lebih dari gambar sebelumnya, karena rasa senstifnya hilang.

Oleh karena itu para pencandu pornografi akan selalu meningkat candunya seperti menaiki tangga, ia ingin lebih, lebih dan lebih lagi.

“Ketika anak melihat satu kali pornografi maka dia ingin dua, tiga, empat kali lagi,” ujar Elly Risman. Ketika gambar pornografi sering melewati PFC, maka bagian yang menyimpan moral dan nilai, membuat perencanaan hidup ini, akan menciut, mengecil dan akibatnya dorongan seks akan tidak terkendali , karena mata tidak bisa ditahan, otak menjadi rusak dan ketagihan seks.

“Proses melihat pornografi dengan bersetubuh sama, jadi anak yang melihat pornografi mereka bersetubuh dengan gambar –gambar,” ujar Ibu yang pernah mengikuti pelatihan parenting di USA ini.

Menurutnya selain hormon dopamin yang berproduksi hormon norepinephrine juga akan keluar. Hormon norepinephrine berfungsi sebagai pembeku memori kenangan yang detail.

Seperti seorang istri dengan bagian-bagian-bagian tertentu suaminya, begitu pun sebaliknya. Hormon norepinephrine biasanya keluar setelah bersetubuh. Selain norepinephrine, otak juga akan mengeluarkan hormon oksitoksin. Ini adalah adalah hormon mawadah wa rahmah. Hormon yang mengikat antara suami dan istri.

Tapi jika anak yang bersetubuh dengan gambar maka hormon ini akan mengikat anak tersebut dengan gambar porno yang telah dilihatnya. Makan anak dan orang dewasa yang sudah candu pornografi maka susah menyapihnya.

”Nah setelah mencapai klimaks, maka akan keluar hormon serotonin, hormon ini yang membuat relax dari ujung rambut sampai ujung kaki,” ujarnya.

Karena itu, ia berharap pada orangtua menjaga anak-anak agar otak mereka tidak rusak sebelum kesiapan peran seksual yang telah diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala untuk mereka telah siap dan halal.

Menurutnya, begitulah jahatnya bisnis pornografi menjadikan anak sebagai sasaran tembak empuk, karena mereka ingin anak itu rusak dan menjadi pelanggan pornografi seumur hidup.

Aktivitas Pacaran

Selain pornografi yang mengaktifkan hormon seksual, termasuk di dalamnya adalah aktivitas pacaran. Karena itu, ia sangat menyayangkan film-film remaja saat ini begitu vulgar mengajak anak untuk berpacaran dan berhubungan seks secara bebas. Karena itu, kewaspadaan orangtua terhadap serangan pornografi sangat di harapkan.

”Jangan hanya mengaharap kepada sekolah yang mengajari nilai-nilai agama pada anak, namun orangtua harus berperan aktif membangun moral agama pada diri anaknya sendiri, ” ucapnya.

Kembalikan peran Ibu dan Ayah pada tempatnya. Dan para orangtua harus lebih dulu hadir dalam kehidupan anaknya, bukan mereka yang punya kepentingan bisnis pornografi yang hadir dalam kehidupan anak-anaknya. Sebab anak-anak yang jiwanya selalu merasa sendiri, booring, stress, dan lelah akan sangat gampang dimasuki oleh industri pornografi.

-BERITA&ISLAM-
Oleh :Samsul Bahri/Hidayatullah

Minggu, 25 Agustus 2013

Halal Bi Halal SDIT As-Shidiiqi 2013

Ibu Kepala Sekolah, Rita Fitria sedang memberi-
kata sambutan Halal Bi Halal
Sabtu (24/08), SDIT As-shidiiqi Kota Jambi mengadakan halal bi halal bersama para walimurid dan seluruh perangkat sekolah. Acara ini adalah agenda tahunan sekolah, yang mana bertujuan untuk mempererat tali silaturahim antar guru dan walimurid, hal ini perlu dibangun agar sinergitas guru dan walimurid terus terbangun.

Acara ini langsung dibuka oleh kepala sekolah SDIT As-shidiiqi Kota Jambi, Ibu Rita Fitria. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa untuk membangun sekolah dan SDM-nya perlu ada kerjasama dua belah pihak (guru-walimurid), karena cita-cita memiliki generasi yang sholeh-sholehah tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tapi orangtua juga harus memiliki tanggung jawab yang sama, kalau investasi seorang pendidik di akhirat dari ilmu yang diberikan, sedang orangtua investasi akhiratnya adalah terbina dan terciptanya anak-anak yang sholeh.

Dalam acara ini diisi Tausyiah oleh Ustadz Abdul Rozak, LC, dan diteruskan serah terima jabatan ketua komite lama dengan yang baru, dalam hal ini ketua komite lama Bapak Supawaluddin mendapat kenang-kenangan dari sekolah yang diberikan langsung oleh Pengawas Sekolah, Ibu Ir. Anti Yosefa.(AAM)

Senin, 19 Agustus 2013

Tips Menangani Sifat Konsumtif Anak

Di zaman yang serta instan ini, banyak sekali godaan yang ditawarkan oleh berbagai macam produk globalisasi seperti aksesori, pakaian, makanan dan teknologi yang canggih yang semakin mewarnai hari-hari kita. orang yang bijak, pastilah mengerti keuangannya dan bisa tahan terhadap berbagai macam produk yang menggiurkan. Namun jika tidak, maka anda akan tergoda untuk membeli dalam jumlah banyak. Dari hal inilah anda akan memiliki sifat konsumtif.

Konsumtif sendiri sering dikaitkan dengan pemborosan karena akan memerlukan uang yang tidak sedikit untuk membeli dan mengoleksi barang mahal. Jika anda memiliki sifat konsumtif, anak pun bisa bergaya konsumtif seperti halnya orangtua. Seperti pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Anak yang memiliki sifat konsumtif pasti sangat membingungkan orang tua.

Hal ini terjadi karena tempat pendidikan dan pembangunan karakter seorang anak selain di sekolah dan masyarakat adalah di rumah.

Untuk menghindari sekaligus mengurangi kebiasaan yang kurang baik, sebaiknya anda dapat mengajarkan cara sederhana dengan menghargai hasil jerih payah orangtua dengan cara berikut:

1. Tanamkan sifat bijak ketika membeli sesuatu
Ajarkanlah anak Anda untuk bijak menggunakan uangnya. Dengan mengajarkan anak untuk tidak langsung menghabiskan uang tabungannya, dan menabung kembali uang kembalian usai membeli barang yang ia inginkan.

Selain itu, karena tidak mudah membedakan kebutuhan dan keinginan, ajarkanlah anak untuk lebih mengerti mana yang menjadi prioritas serta hal-hal seperti apa yang dijadikan prioritas. Kemudian bikinlah target guna mendapatkan hal yang akan dibelinya.

2. Diskusikan barang apa yang ingin anak beli
Berkomunikasilah dengan anak mengenai uang yang akan ia belanjakan, dengan memberikan pengertian hal lain apa yang dapat ia dapatkan dengan uang yang ia miliki.

Contoh saja ketika si anak ingin mainan, bicarakan kepada anak. Dengan harga bonekanya yang sekian, dia bisa mendapatkan berapa banyak makanan yang dapat ia bagi dengan teman-teman.

3. Ajarkan menabung di bank
Ajarkanlah anak menabung di bank. Karena dengan menabung di bank anak dapat lebih mengerti bahwa dengan menabung, ia akan mendapatkan hadiah atau reward yang lebih selain hanya dapat membeli barang yang diinginkan.

4. Mengontrol uang
Menabung dan mengontrol uang adalah hal yang penting agar anak tidak konsumtif. Perilaku menabung sendiri dapat mulai diterapkan mulai dari anak dapat berjalan. Bermula dari orang tua yang mengenalkan uang kepada anak, kemudian ajarkan anak untuk memasukan uang koin ke dalam celengan.

Setelah anak sudah mulai mengerti nilai uang, ajarkanlah anak untuk mengontrol uang. Dengan mengajarkan untuk membagi-bagi uangnya dalam tiga tempat penyimpanan, yaitu: uang yang untuk ditabung, disimpan untuk digunakan dalam jangka pendek, uang untuk diamalkan. Hal ini juga dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa menabung itu membosankan, dan anak juga tahu mana uang yang bisa ia belanjakan, mana yang harus ditabung dan mana yang harus ia amalkan .

Namun ingat, sebelum anda menerapkan hal ini pada anak, cobalah anda bercermin dan mengoreksi apakah anda seorang konsumtif. Jika sudah cobalah kurangi hal tersebut karena akan sama saja jika anak sudah menerapkan sifat hemat namun anda tidak menjadi contoh yang baik bagi anak. (Ust. AAM)

(Disadur Dari Berbagai Sumber)

Jumat, 16 Agustus 2013

Semangat Hari Pertama Sekolah

Ust. Ery Afriant saat memberikan tausyiah kepada anak-anak
Hari ini Jum’at (16/8) seluruh civitas akademika SDIT AS-SHIDIIQI Kota Jambi mulai masuk sekolah setelah menjalani libur panjang Ramadhan dan Idul Fitri selama 15 hari.
Agenda hari pertama ini diisi dengan kegiatan halal bi halal guru bersama para siswah dan bersih-bersih kelas dan lingkungan sekolah dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Endonesah yang ke 68.

Para siswa tampak begitu antusias menjalani hari pertama sekolah paska liburan panjang kali ini. Aldis Yudha Gempita salah satu siswa kelas 6 A tampak begitu semangat dan siap menghadapi aktivitas normal sebagai pelajar

“Ana senang ustadz sudah mulai masuk sekolah lagi, biar bisa siap-siap mengikuti pelajaran yang akan ana jalanin, biar nanti bisa lulus dengan hasil yang baik, liburan itu menjenuhkan.” Ujarnya

Dalam hal ini wakepsek bagian kesiswaan Ustadz Ery Afrianto berpesan kepada para siswa agar nilai ramadhan dan idul fitri jangan sampai memudar, isi hari-hari dengan kerukunan antar siswa, adik kelas menghormati kakak kelas, kakak kelas menyayangi adik kelas dan saling menghormati satu sama lain dalam keluarga besar SDIT AS-SHIDIIQI, karena momen silaturahim dan maaf-memaafkan bukanlah momen sekali lewat.

Berharap pesan yang disampaikan Wakepsek kita bisa kita implementasikan dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan sekolah.

SEGENAP KELUARGA BESAR SDIT AS-SHIDIIQI MENGUCAPKAN “Minal A’idin Wal Fa-idzin” Mohon Maaf Lahir dan Bathin Kepada Seluruh Wali Murid SDIT AS-SHIDIIQI Kota Jambi

Selasa, 16 Juli 2013

Sudahkah Mengontrol FB Anak Kita?


Sebagai orang tua, kadang kita tenggelam dalam kesibukan bekerja dan berumah tangga. Sepertinya itu adalah alasan paling logis yang banyak diutarakan oleh orang tua. Atau mungkin hanya sekedar modus untuk mengalahkan pendapat yang menyudutkan kita tentang penyalahan atas kealfaan anak-anak kita.

Namun sebenarnya mau tidak mau, sebutan orang tua mengharuskan kita untuk menjadi seorang pengayom, walaupun banyak dari kita yang memang tidak siap untuk mengayomi. Sebutan orang tua mewajibkan kita untuk menjadi teladan bagi anak- anak kita yang memang butuh seorang figur teladan. 

Lihatlah, dunia modern anak-anak kita kini telah banyak tertambat pada sesosok facebook kesayangannya. Jangan merasa damai dulu ketika anak kita terlihat alim dirumah, atau betah berdiam diri di dalam kamar. Siapa tahu mereka sedang asyik berchatting ria dengan seseorang yang bukan mahramnya.

Maka inilah yang wajib diketahui oleh para orang tua sekarang. Ternyata banyak hal yang bisa menggeser kedudukan orang tua sebagai sahabat, sekaligus pendidik bagi anak-anak mereka. Karena itulah, orang tua harus banyak menyediakan waktu, dan siap- siap untuk terkejut ketika mereka mengecek facebook anak- anak mereka.

Lihatlah bagaimana cara mereka berpikir, lihatlah siapa idola mereka, dan apa kesukaan mereka. Semua tertuang jelas dalam facebook mereka. Lihatlah bahwa mereka banyak menyukai yang justru kita benci. Mereka mengakrabi hal-hal yang justru terlarang dalam Islam. semua tergambar jelas dalam facebook mereka. Anak- anak kini lebih suka menggandeng tangan temannya untuk berbagi dari pada memeluk ayah ibunya saat ingin berkeluh kesah. Anak- anak juga lebih asyik berkoar difacebook tentang uneg- uneg mereka, dari pada membicarakannya dengan orang tua. Maka sempatkanlah sejenak untuk menengok catatan yang ada dalam facebook anak- anak kita.

Ayah bunda, ternyata anak- anak kita telah dewasa. Atau mungkin mereka belum dewasa, tapi dipaksa untuk dewasa karena disuguhi sederet pola pikir dan lingkungan yang mengkarbit mereka untuk menjadi dewasa. Sekolah mereka pun kini hanya banyak menyentuh fisik mereka tetapi bukan jiwanya. Bukan berarti kurikulum itu gagal total, namun pengaruh lingkungan mereka lebih kuat. Ditambah lagi tontonan TV mereka dirasa lebih menyenangkan.

Konsep itu melekat kuat dalam pikiran mereka, menyita seluruh waktu dan hati mereka. Lalu lihatlah betapa banyak anak- anak yang disekolah berjilbab dan berpakaian rapi, namun ketika mereka pulang, pakaian semacam rok minipun masih mereka kenakan. Mereka bisa menjerit histeris ketika bercerita tentang Justin bieber dan bahkan tidak pernah mendengar tentang salah satu sahabat Rasulullah SAW.  Anak- anak manis kita itu bahkan tidak sungkan berbagi cerita dengan banyak orang tentang pacar-pacar mereka, dan bahkan tidak malu mengucapkan kata- kata manis untuk seseorang yang bukan mahramnya.

Lalu bagaimana dengan kita? masihkah kita hanya menjadi penonton tingkah laku mereka ini? haruskan kita menyerah dengan kualitas penerus kita yang seperti ini?. Inilah PR besar buat kita, dan bukan setumpuk pekerjaan yang menanti di kantor. Inilah sejatinya tanggung jawab kita yang seharusnya terselesaikan pertama kali, dari pada sepaket ego pribadi kita.  Semoga semua ini menjadi pengingat bagi kita semua, terutama bagi kita mungkin lupa untuk berorientasi kepada keluarga sebagai yang pertama.

Sebelum kita akhiri  semoga firman Allah SWT ini menjadi pengingat bagi kita semua. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’, 4: 9). (Syahidah)

Minggu, 07 Juli 2013

Mengoptimalkan Sinergi Guru dan Walimurid


Hasil Positif Sinergi

Sinergi sangat penting untuk mencapai persamaan persepsi. Pemahaman yang rancu tentang cara mendidik serta perbedaan pengertian mengenai sebuah pengetahuan bisa diminimalkan. Para generasi bangsa memahami setiap pengetahuan secara mendalam, mendetail dan kompleks.

Sinergi membentuk kesempurnaan pengertian mengenai suatu pengetahuan, bagi para pen- didik sendiri. Mereka bisa saling melengkapi dan mengingatkan bila ada kekurangan. Dengan saling mengingatkan, kesalahan-kesalahan dapat segera diperbaiki supaya tidak berpengaruh buruk bagi perkembangan anak.

Sinergi juga berguna untuk mengetahui sedini mungkin problematika yang mendera anak untuk ditemukan solusinya. Kondisi ini membebaskan anak dari gempuran persoalan yang membata- si gerak perkembangannya. Terapi penyembuhan terhadap persoalan seorang anak membutuhkan kerjasama yang kuat antara guru dengan orang tua, supaya penanganannya tidak berbenturan. Guru dan orang tua perlu saling mendukung dan menguatkan dalam menghadapi problema anak.

Dengan sinergi, keduabelah pihak bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan anak. Mereka sama-sama memiliki persepsi membangun kemampuan dan pribadi anak, dan bukannya saling menjatuhkan.

Nyambung dan Konsisten

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencapai sinergi yang positif. Bentuk yang paling sederhana dan sering dilakukan adalah pertemuan rutin antara guru dengan orang tua. Pertemuan ini penting dilaksanakan, untuk mencapai kompromi-kompromi dalam mendidik

Bentuk lain dari sinergi ini ialah dengan bertukar informasi mengenai perkembangan anak. Tahap-tahap penyampaian materi pengetahuan juga perlu dikomunikasikan, agar keduanya memberikan porsi atau tingkatan pengetahuan secara berimbang kepada anak.

Yang penting digarisbawahi dalam sinergi ini, selain dikembangkannya koordinasi, juga perlu dibangun suasana harmonis antar pendidik. Diusahakan agar anak dapat melihat bahwa dua sosok yang sangat dihormati memberikan pengertian, pengetahuan dan contoh yang sinkron serta konsisten.

Secara psikologis anak confidence menerima segala informasi dari guru dan orang tuanya. Benturan mental yang mungkin terjadi karena ketidaksinkronan para pendidiknya dapat dihindarkan. Anak terbebas dari konflik batin, kemampuan untuk menganalisa dan memutuskan di antara berbagai pilihan menjadi terasah tajam. Generasi-generasi bangsa tumbuh menjadi pribadi yang sempurna.

Modifed by Ust. Abdul Malik

Tarhib Ramadhan 1434 Hijriyah

Ust. Jonni (kiri) memimpin pawai Tarhib bersama Wakepsek Sarpras Ust. Mundori (kanan)
Sabtu (6/7) keluarga besar civitas akademika SDIT As-Shidiiqi Kota Jambi, dimulai dari Yayasan hingga siswa kelas 1 melaksanakan Tarhib Ramadhan, kegiatan dilakukan dalam bentuk pawai mengelilingi perkampungan sekitaran sekolah finish di Masjid Istiqomah.

Menurut Rita Fitria kepala sekolah SDIT As-Shidiiqi mengatakan, bahwa ada 3 alasan agenda ini dilaksanakan. Pertama, Tarhib Ramadhan adalah agenda tahunan sekolah dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Kedua, sebagai sosialisasi spiritual kepada siswa kelas 1 dan 2, bahwa puasa itu menyenangkan. Ketiga, Ketiga, ini juga berguna untuk syiar ke tengah masyarakat, agar senantiasa siap dan gembiran dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

"Output yang paling utama dari akhir agenda Tarhib Ramadhan ini adalah, mampu membuat siswa-siswi kelas 1 dan 2 siap menjalani ibadah puasa Ramadhan, tentunya sinergi guru dan walimurid harus berjalan dalam memotivasi anak didik kita, untuk siap menjalankan ibadah puasa tahun ini." Tambah Rita Fitria menutup perbincangan dengan tim media sekolah.

Seandainya usia kita disampaikan untuk menjalani ibadah Ramadhan tahun ini, semoga menjadi Ramadhan terbaik bagi kita, bukan masalah beberapa harinya lagi, tapi bagaimana kesiapan sisi spiritual kita dalam menyambut dan menjalankannya nanti. Allahumma bariklana fii sya'ban wa balighna wa bariklana fii syari Ramadhan. Aamiin. (AM)

Gaya Dulu, Sebelum Pawai Dimulai

Bu Citra dan Bu Hanik bersama siswa kelas 2A

Terlihat Mamah Dedeh sedang patroli

Bu Sika dan Bu Yani membagikan perlengkapan pawai

Bu Tri dan Miss Ani sedang bercengkerama dengan siswa-siswanya

Bersiap mendengarkan pengarahan dari Ust. Ery Afrianto

Ust. Mundori & Jonni bersiap memimpin Pawai Tarhib

tampak Ust. Mundori yang sedang mengatur barisan

Bismillah, Pawai Dimulaaaaiiii...

Gilang (kiri), Vito (tengah), dan Bagas (kanan) memimpin barisan pawai

Tampak barisa mengular, diawasi oleh Ust. Trubus dan Ust. Fendy

Alhamdulillah, sampai di pelataran masjid Istiqomah

Lanjut, Makan-Makaaan..... ^_^


Kamis, 04 Juli 2013

Pendidikan Tata Krama? Bukan Hanya Tugas Guru!

Menurut para orang tua dulu, pada 1970-an, anak-anak yang kurang sopan akan dikatakan "Seperti anak yang tidak sekolah saja!"
Sekolah zaman dulu, menurut mereka, mengajarkan budi pekerti yang dipraktikkan. Murid-murid menghormati guru karena kewibawaannya. Guru di lingkungan masyarakat mendapatkan tempat terhormat. Jika ada kegiatan sosial yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, guru menjadi tempat bertanya. Para orang tua berterima kasih karena guru mendidik anak-anak mereka dengan tulus dan penuh pengabdian.

Murid-murid tidak pernah terdengar tawuran dengan sekolah lain. Murid-murid yang telah lulus yang kemudian melanjutkan sekolah yang lebih tinggi atau bekerja tiap Idul Fitri "sowan" kepada mantan gurunya. Tak ada yang menyuruh murid-murid itu mendatangi guru. Memang zaman terus berubah. Tantangan dan kendala dalam mendidik murid berganti atau bahkan bertambah. 

Namun, perkembangan zaman menghasilkan outcome pendidikan yang oleh beberapa pihak dianggap mengecewakan, terutama dalam hal tata krama, rasa kekeluargaan, kematangan emosi, dan keluhuran budi. Tentu kesalahan bukan semata-mata ada di pundak guru. Guru hanya merupakan bagian kecil dari sistem sosial yang rapuh sekarang ini. 

Masyarakat sedang mengalami anomali, nilai-nilai lama dilepaskan sedangkan nilai-nilai baru tidak sepenuhnya dipahami. Tokoh, pemimpin, pejabat di tataran nasional sibuk dengan kekuasaan, jabatan, dan uang. Di antara mereka banyak yang lalai terhadap "national and character building." Harapan tinggal tersisa di pundak para tokoh panutan yang masih berpijak pada hati nurani, yang jumlahnya semakin mengecil, mengecil, dan mengecil. 

Ayah dan Bunda, mari terus kita bangun SINERGI antar Guru dan Walimurid, agar karakter anak yang kita inginkan bisa kita lahirkan. Hal ini perlu dilakukan karena di masa ini arus informasi makin kencang, anak-anak kita bisa melihat dan mendengar apa saja dari apa yang mereka tonton. Tugas kita bersamalah untuk mengontrol itu semua, agar buah hati kita TERDIDIK oleh GURU dan ORANGTUA di rumah, bukan terdidik oleh TELEVISI di rumah. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Modifikator: Ust. Abdul Malik, DBAS